20/04/20

MITIGASI TANAH LONGSOR

Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa dan beriklim tropis, memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan, hujan bisa turun sepanjang hari bahkan berhari-hari. Intensitas curah hujan yang tinggi dan menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung.
Sepanjang tahun 2019 lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.814 bencana di Indonesia mulai 1 Januari hingga 31 Desember 2019. Diketahui terdapat 719 kasus tanah longsor yang telah terjadi. Sedangkan per Februari 2020, kasus tanah longsor mencapai 130 kali, bencana alam nomor tiga tertinggi setelah banjir dan puting beliung.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, tanah longsor merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Bencana tanah longsor kerap dipicu karena kombinasi dari curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, terjadinya pengikisan tanah, berkurangnya tutupan vegetasi, serta adanya getaran.
Biasanya tanah longsor terjadi begitu cepat sehingga menyebabkan waktu untuk mengevakuasi diri sendiri cukup singkat. Tanah yang longsor beserta materialnya dapat menimpa bangunan, jalan maupun apa saja yang berada di bawahnya.

Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan perihal kesiapan menghadapi bencana untuk meminimalisir berjatuhannya korban. Berikut langkah-langkahnya menurut Buku Saku Menghadapi Bencana tanah longsor dari BNBP:

Langkah Prabencana atau Sebelum Terjadi Bencana Tanah Longsor
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk mencegah terjadi bencana tanah longsor, ikuti beberapa langkah berikut ini:
1. Mengurangi tingkat keterjalan lereng permukaan maupun air tanah. Perhatikan fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari lereng, menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah.
2. Membuat bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling.
3. Menghindari membangun rumah, fasilitas umum atau pemukiman di daerah yang rawan terjadi bencana.
4. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat (drainase pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah).
5. Melakukan penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam menembus tanah dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
6. Apabila hendak mendirikan bangunan, upayakan memiliki fondasi yang kuat.
7. Melakukan pemadatan tanah di sekitar perumahan terutama yang paling dekat dengan daerah rawan longsor. Selain itu lakukan sosialisasi atau pengenalan daerah yang rawan longsor.
8. Membangun tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall).
9. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke dalam tanah.
10. Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction (infeksi cairan).
11. Utilitas yang ada di dalam tanah harus bersifat fleksibel.
12. Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan. Menanami kawasan yang gersang dengan tanaman yang memiliki akar kuat, banyak dan dalam seperti nangka, durian, pete, kaliandra dan sebagainya.

Selain itu perhatikan juga beberapa aspek berikut:
a. Tidak mendirikan bangunan permanen di daerah tebing dan tanah yang tidak stabil (tanah gerak).
b. Membuat selokan yang bisa mengalirkan air hujan sehingga air tidak meresap ke tanah yang berkemungkinan longsor.
c. Selalu waspada dan bersiap dan sedia ketika curah hujan tinggi.
d. Jangan membiarkan hutan gundul atau pun melakukan penebangan sehingga membuat tanah tak punya penopang.

Langkah Saat Terjadi Bencana Tanah Longsor
Ada dua hal penting yang harus diperhatikan saat terjadi bencana. Ikuti dua langkah ini dengan tenang, tanpa menimbulkan kepanikan berlebih:
1. Apabila anda mendengar suara gemuruh terutama apabila rumah Anda di dekat lereng mauapun tanah yang rawan longsor, segera evakuasi untuk menjauhi suara gemuruh atau arah datangnya longsoran.
2. Apabila mendengar suara sirine peringatan longsor, segera evakuasi ke arah zona evakuasi yang telah ditentukan. (Beberapa wilayah di Indonesia telah terpasang Sistem Peringatan Dini Longsor).

Langkah Setelah Terjadi Bencana Tanah Longsor
Apabila sudah melakukan langkah evakuasi diri dan pengaman yang bisa dilakukan sendiri saat bencana terjadi, jangan panik setelah bencana selesai. Ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Meski longsor sudah terjadi, belum tentu ada pohon maupun material lain yang akan menyusul jatuh, sehingga hindari wilayah longsor karena kondisi tanah yang labil.
2. Apabila hujan turun setelah longsor terjadi, antisipasi longsor susulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Konsep Differensiasi Areal

Konsep merupakan pemahaman dari hasil kesimpulan atau hasil pengamatan yang diperoleh dari sekumpulan data, yang memiliki kesamaan ciri-ciri...